Pengendalian Stres dan Kelelahan dalam Keluarga terhadap Tumbuh Kembang Balita 


 

 

 

SIBERONE.COM - Pada masa pandemi Covid-19 ini, dapat ketahui bahwa keluarga memiliki peran penting dalam mengendalikan stres dan kelelahan. 

 

Selain peran keluarga, dikutip dari repubblica.it adaptasi dengan penyesuaian diri dalam mengendalikan stres dan kelelahan juga sudah tidak asing lagi. Sedikit demi sedikit mulai diterapkan oleh setiap keluarga di rumah. Namun, nyatanya masih banyak tantangan dan kesulitan yang dihadapi oleh para keluarga. 

 

Hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa semakin banyak perubahan yang akan dialami baik dari sistem keluarga maupun pembagian penugasan rumah tangga pada keluarga tersebut. 

 

Salah satu perubahan yang dapat terjadi adalah pekerjaan rumah tangga yang meningkat sehingga dapat menyebabkan stres dan kelelahan terutama bagi perempuan, yaitu seorang ibu yang dapat memiliki peran ganda dalam mengerjakan tugas di rumah dan mengurus balita. 

 

Balita membutuhkan kasih sayang dan perhatian lebih dikarenakan mengalami masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat sehingga dapat memicu gangguan tidur dan kelelahan yang dapat terjadi pada perempuan. 

 

Sebelum membahas lebih lanjut lagi, yuk ! kenali sebenarnya, apa itu stres dan kelelahan? apa penyebabnya? bagaimana hubungan keluarga dengan balita? Masalah stres dan kelelahan yang terjadi dalam keluarga? dan bagaimana cara mengatasi kondisi ini? Cari tahu lebih lanjut dengan simak artikel ini!

 

Apa itu Stres dan Kelelahan?

Stres adalah gangguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh perubahan dan tuntutan kehidupan. Respons stres tersebut dapat memicu kelelahan dan rasa mengantuk setelahnya (Muslim 2015). Kelelahan adalah perpaduan dari wujud penurunan fungsi mental dan fisik yang menghasilkan berkurangnya semangat kerja sehingga mengakibatkan efektifitas dan efisiensi kerja menurun (Yovanka 2021).

 

 

Faktor Penyebab Stres dan Kelelahan pada Keluarga

Faktor-faktor yang menyebabkan stres dan kelelahan yang terjadi dalam keluarga ditunjukkan dengan waktu bersama keluarga yang semakin berkurang (30,2%), terjadi peningkatan kesulitan dalam menyelesaikan masalah ketika sudah berpisah dengan pasangan (34,0%), dan kesedihan karena orang tua responden telah meninggal dunia (32,1%). Waktu bersama keluarga yang semakin berkurang disebabkan sebagian besar responden bekerja sehingga waktu bersama anggota keluarga, terutama anak menjadi berkurang pula. Kesulitan dalam menyelesaikan masalah setelah bercerai, dan responden tidak mempunyai pasangan yang dapat dimintai pendapat mengenai solusi ketika menghadapi masalah juga menjadi penyebab stres dan kelelahan dalam keluarga (Octaviani et al. 2018). Selain itu, hubungan antara keluarga dengan balita dapat menyebabkan stres dan kelelahan.

 

Hubungan Keluarga dengan Pertumbuhan dan Perkembangan Balita 

Pertumbuhan dan perkembangan pada anak balita terjadi ketika anak sudah memasuki usia 1 tahun, berat badannya sudah mencapai sekitar 3 kali dari berat badan lahirnya, dan tinggi badannya sudah bertambah setengah dari panjangnya ketika lahir (Woo dan Yeo 2019). Menurut Ariani (2017), keluarga berkaitan erat dengan balita yang masih berumur 0-59 bulan atau sekitar 1-3 tahun (dibawah 5 tahun). Hubungan anak balita dengan keluarga merupakan hubungan yang pertama yang ditemui anak. Hubungan ini disebut hubungan sosial karena terdapat interaksi antara anak dengan orang tua. Sistem-sistem tersebut berpengaruh pada anak baik secara langsung maupun tidak, melalui sikap dan cara pengasuhan anak oleh orang tua. Semakin sering berinteraksi maka semakin besar terjadi peluang konflik baik dari masalah kecil hingga besar. 

 

Masalah yang Terjadi dalam Keluarga yang Mengalami Stres dan Kelelahan

Dikutip dari coxblue.com setiap individu tidak pernah lepas dari masalah. Mulai dari masalah yang berkaitan dengan keluarga (anak dan orang tua) maupun pekerjaan. Peran ganda seorang ibu dapat menjadi sumber stres. Gangguan tidur dan kelelahan yang terjadi pada perempuan setelah memiliki anak merupakan sumber stres fisik dan psikologis yang dapat meningkatkan risiko stres pada ibu.

 

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Hermayanti (2014), konflik peran ganda pada wanita karier yang sudah berkeluarga di Kota Samarinda dapat disebabkan karena waktu dan penyesuaian perilaku sesuai peran. Seorang ibu yang bekerja akan mengalami kesulitan dalam memenuhi perannya sebagai ibu rumah tangga. Selain waktu, seorang ibu juga tidak bisa menyesuaikan perilaku sesuai perannya, sebagai wanita karier harus memiliki sikap tegas dan disiplin dalam pekerjaan yang dilakukannya serta sebagai ibu rumah tangga yang tetap memiliki perilaku hangat dan lembut kepada keluarganya di rumah. Menurut Hayasaka et al. (2007), hal ini menyebabkan stres dan lebih sering dialami oleh wanita yang telah bekerja dan berumah tangga dibandingkan wanita yang tidak bekerja.

 

Bagaimana Cara Mengatasinya?

Keluarga dapat mengatasi stres dan kelelahan dengan manajemen stres dan kelelahan. Menurut Mahakud et al. (2013), manajemen stres dan kelelahan adalah kemampuan melakukan suatu tindakan dengan melibatkan aktivitas berpikir, emosi, rencana atau jadwal pelaksanaan, dan cara penyelesaian masalah. Manajemen stres penting karena stres berkaitan erat dengan berbagai kondisi medis yang memiliki efek jangka panjang pada individu. Manajemen stres diperlukan karena stres tidak selalu datang dengan situasi yang buruk karena terkadang situasi yang baik, seperti bertambahnya jumlah anak juga dapat menimbulkan stres. Faktor-faktor yang mendukung manajemen stres adalah ketersediaan fasilitas, sarana dan prasarana, sumber daya, dan keterampilan petugas kesehatan (Basirun dan Argiyanti 2015).

 

Manajemen stres dan kelelahan juga dapat dikendalikan melalui strategi coping dan dukungan yang diberikan oleh keluarga seperti dukungan informasi, dukungan penghargaan, dukungan peralatan, dan dukungan emosional. Strategi coping merupakan suatu bentuk upaya yang dilakukan oleh keluarga untuk mencapai tingkat keseimbangan dan sebagai bentuk penyesuaian terhadap krisis yang dihadapi oleh keluarga (Herawati et al. 2011). Coping melibatkan proses mengatur suatu sumber stres, termasuk usaha untuk meminimalisir, menghindari, mentoleransi, merubah, atau menerima situasi stres. 

 

Keluarga akan berhasil dalam menghadapi tuntutan-tuntutan perubahan yang datang dari internal keluarga maupun eksternalnya dengan manajemen stres dan kelelahan. Dalam lingkup keluarga terdapat orang tua dan anak. Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita. Adanya dukungan dari orang terdekat yang diterima oleh keluarga secara emosial, seperti keterlibatan anggota keluarga dalam penanganan stres akan mengurangi stres. Manajemen stres yang baik maka dapat mencegah stres dengan tetap menghadapi stres, dan dapat memelihara stres dalam setiap ketegangan, gesekan sehingga tercapai ketahanan keluarga yang baik dan balita bahagia.

 

Penulis Artikel : Siti Fatonah, Andreas Stevan Nainggolan, Naufal Rahmatsyah, dan Thoriq Dwi Gusthala, Mahasiswa Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, IPB University.

 


[Ikuti Siberone.com Melalui Sosial Media]



Tulis Komentar